LINGKUNGAN PENGENDAPAN TRANSISI DAN LAUT : SISTEM PANTAI
Abstrak
Lingkungan daerah pengendapan transisi laut pantai banyak dipengaruhi oleh aktivitas laut (gelombang dan arus tidal) serta di pengaruhi juga oleh aktivitas angin. Endapan di daerah pantai ini terletak di sepanjang perbatasan daratan dengan laut, yang di batasi oleh garis pantai (shoreline). Endapan pantai sendiri di bedakan menjadi dua yaitu endapan pantai modern dan ancient beach. Dimana masing-masing endapan tersebut mempunyai karakteristtik yang berbeda.
Lingkungan
pengendapan transisi dan laut berada diantara batas benua (continental) dengan bidang depposisi laut (pantai). Daerah
lingkungan ini di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu aktivitas sungai,
gelombang dan arus pasang-surut. Salinitas di daerah ini berbeda-beda pada tiap
bagian dari sistem, dari tawa ke payau hingga daerah yang mempunyai salinitas
sangat tinggi bergantung pada sejauh mana batas aktivitas sungai serta
bergantung pada iklim.
Persebaran
daerah transisi dan laut ini juga sebagian terekspos sebagai bentukan morfologi
yang terjadi akibat transportasi pasir oleh angin (membentuk suatu gumuk-gumuk
pasir) dan sebagian besar di pengaruhi oleh aktivitas laut dangkal. Kebanyakan
daerah lingkungan pengendapan ini mempunyai karakteristik yang didominasi oleh
energi (pengendapan) yang tinggi dari gelombang dan arus (pasang-surut) yang
ada di pantai, walaupun ada sebagian yang terdapat dalam kondisi air tenang
seperti lingkungan lagoon ataupun
lingkungan estuarine.
Lingkungan
pengendapan transisi dan laut ini mendapat suplai sedimen yang sangat besar
dari sungai disekitarnya dan berjalan seiringnya waktu dalam skala geologi,
sehingga volumenya bertambah hingga sangat banyak sekali dan bertahan lama
sehingga dapat terekam dalam geology
record secara signifikan.
Daerah yang dihasilkan dari lingkungan pengendapan daerah transisi dan laut ini adalah lingkungan pengendapan pantai dan pulau penghalang, lagoon, estuarine, delta, straind plain, dan tidal flats. Lagoon dan estuarine merupakan contoh dari karakteristik pantai transgresif, sedangkan delta merupakan contoh dari pantai prograding. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas mengenai daerah lingkungan transisi dan laut pantai.
1.
Pantai
Pantai merupakan
suatu bidang yang memanjang sepanjang garis pantai yang berhimpit dengan
daratan dan berisi endapan sedimen pasir (Boggs, 2006). Badan dari pasir pantai
ini sendiri mempunyai bentuk yang khas memotong tepat di daerah seperti semenanjung,
tebing laut terdekat, estuarine, sungai
yang membentuk delta, teluk kecil yang di pengaruhi oleh pasang surut, teluk
dan laguna. Sistem pantai ini
biasanya erat hubungannya dengan sistem pulau penghalang. Yang membedakan
keduanya adalah sistem pantai berbatasan langsung dengan daratan, sedangkan
sistem pulau penghalang terpisah dari daratan dan di batasi oleh suatu laguna
yang dakal ataupun muara sungai.
Pantai mungkin
terbentuk dalam sistem delta sepanjang daerah pengendapan dari delta, atau pada
daerah laut yang dekat dengat daratan, bahkan sistem pengendapan pantai ini
bisa terbentuk pada sistem lacustrine
yang sama sekali tidak ada hubunganya dengan delta, dari semua tempat
terbentuknya laut memiliki kesamaan yaitu semua daerah merupakan daerah
pengendapan yang dinamis dan dipengaruhi oleh musim yang jarang berubah
sehingga menjadikan endapan sistem pantai dalam keadaan fluktuasi yang konstan
malah cenderung bertambah.
Pantai berbeda
dengan delta, apabila delta merupakan suatu bentukan pengendapan yang
dipengaruhi oleh aktivitas sungai serta aktivitas laut (gelombang, pasang
surut) sedangkan sistem pantai lebih didominasi oleh aktivitas laut (gelombang
dan arus pasang-surut) dan sebagian kecil dipengaruhi oleh transportasi angin
ditunjukan dengan adanya morfologi gumuk pasir (dune) di sekitar pantai (Boggs, 2006).
Studi pantai
pada masa sekarang ini lebih luas dibandingkan hanya studi mengenai lingkungan
pengendapan, studi mengenai pantai sudah lebih mendetail, seperti untuk
mengetahui potensi sumber daya geologi. Studi mengenai ancient beach, juga tidak kalah pentingnya, studi ini biasanya
digunakan untuk studi reservoir dari minyak bumi dan gas alam dll.
Daerah pengendapan
sistem pantai ini berkembang dengan baik akibat dominasi oleh gelombang pantai
dimana jarak pasang surut yang relatif kecil hingga menengah. Menurut Boggs
(2006) pantai di klasifikasikan berdasarkan basis jarak pasang surut dalam 3 grup,
Mikrotidal (0-2meter tidal range),
Mesotidal (2-4 meter tidal range),
Makrotidal (tidal range > 4
meter).
Pantai dan pulau penghalang dapat
di temukan sebagai pantai tunggal yang berhimpit dengan daratan, pantai yang
luas dengan sistem punggungan pantai yang merupakan sebuah strand plain, dan pulau penghalang yang terpisah dari daratan atau
sebagian ada yang berbatasan dengan daratan yang dipisahkan oleh laguna atau marsh.
Morfologi
daerah pantai ini dapat dibedakan kedalam beberapa zona, yaitu backshore, foreshore dan shoreface. Backshore merupakan perpanjangan dari pantai hingga daerah pasang
tertinggi yang dapat dicapai oleh arus tidal termasuk endapan gumuk pasir. Foreshore meliputi zona pasang rendah
hingga zona pasang tinggi. Shoreface merupakan
daerah dari tidal rendah hingga daerah transisi antara pantai dengan sedimen di
daerah shelf.
Proses
pengendapan yang terjadi di daerah pantai dapat di uraikan secara singkat
pantai dapat berkembang paling baik di daerah yang didominasi oleh gelombang
pantai dengan arus tidal yang kecil. Pantai dibentuk oleh proses gelombang yang
termasuk di dalamnya gelombang swash, gelombang
badai dan arus nearshore, angin juga sedikit
berperan dalam transportasi sedimen di pantai.
Proses
gelombang terjadi karena air bawah permukaan bergerak di permukaan menuju ke
bawah dengan kedalam yang lebih dalam dengan gerakan membentuk orbit lingkaran
(circular), semakin dalam kedalaman
air semakin kecil diameter orbitnya. Orbit gelombang bergerak terus menuju
dasar, ketika menabrak bagian bawah akan membentuk orbit yang lebih elips dan gerakan
yang lebih horizontal melintasi lantai dasar pantai sehingga mdapat mengangkut
sedimen. Gerakan inilah yang membentuk lantai ripple pada dasar pantai. Gelombang sendiri bergerak dari shoreward menuju ke daerah yang lebih
dangkal, zona ini disebut shoaling zone.
Breaking zone merupakan
daerah dimana gelombang yang merambat dari atas permukaan menabrak kedasar laut
dan pada saat itu ombak terbentuk. Ombak secara umum bergerak secara turbulen
membawa sedimen secara suspensi dan membuat transformasi dari pergerakan tadi
membentuk surf zone. Swash zone pada aliran deras atau cepat di keadaan
dangkal menuju ke pantai membawa sedimen yang sebagian sebagai suspensi diikuti
tiba-tiba oleh sebuah aliran backwash yang
jatuh kepantai.
Sedimen
yang tertransportasi di pantai penting bagi daerah shoaling zone. Pada zona breaker
dengan tenaga tinggi akan terendapkan patikel dengan ukuran yang lebih
kasar, partikel kasar tersebut bergerak secara saltasi sejajar dengan garis
pantai, sementara itu untuk partikel sedimen yang lebih halus terbawa sebagai
suspensi.
Ada
dua jenis arus yang berkembang di daerah pantai yaitu arus sepanjang pantai (longshore current) dan arus robek (rip current). Gelombang dari laut dalam
dicirikan oleh puncak yang panjang dan menerus, tetapi gelombang tersebut
jarang ada yang sejajar dengan garis pantai, sehingga banyak gelombang yang
pecah terlebih dahulu dibanding yang lain. Efek dari pertemuan menyudut antara
gelombang dan garis pantai adalah pembelokan gelombang relatif agar gelombang
relatif sejajar dengan garis pantai (wave
refraction). Meskipun sudah terjadi refraksi, gelombang tetap saja
mendekati pantai dengan sudut tertentu, menyebabkan massa air diantara breaker dan garis pantai menghasilkan
arus sepanjang pantai (longshore current).
Arus ini sangat penting karena mampu mengerosi, membawa, dan mengendapkan
sejumlah besar partikel sedimen di pantai. Pergerakan sedimen akibat arus
sepanjang pantai disebut longshore drift.
Angin juga mempunyai peran dalam transportasi sedimen di pantai. Daerah yang biasa di pengaruhi oleh angin merupakan daerah yang tidak terkena arus pasang-surut. Daerah ini bisa berkembang lebih jauh apabila arus pasang-surut menurun.
Karakteristik dari endapan
pantai modern, endapan di daerah pantai terbentuk pada foreshore, zona tidal antara zona tidal rendah hingga tinggi, yang
berkorespondensi dengan zona swash gelombang.
Sedimen di daerah ini di dominasi oleh pasir halus-sedang dan juga termasuk
pecahan dari pebble dan gravel yang melensa atau berlapis.
Struktur sedimen yang terbentuk umumnya laminasi paralel. Lapisan tipis mineral
berat umumnya terdapat berseling dengan lapisan pasir kuarsa.
Pada daerah backshore banyak terbentuk endpan yang
sedikit dipengaruhi oleh eolian, umumnya cross-bed,
d pada daerah ini banyak ditemukan burrow
dari crustacea. Apabila ada badai
daerah ini baru terekam perbedaan sedimen yang terendapkan. Tidak hanya itu di
daerah backshore juga terdapat
akar-akar tanaman yang tumbuh serta aktivitas ornganisme darat. Endapan pada shoreface didominasi oleh endapan yang
terpengaruh oleh aktivitas kuat dari gelombang dan longshore current. Endapan pada daerah ini dicirikan dengan adanya
struktur sedimen cross-bed yang
arahnya tidak menentu. Trace fosil
yang banyak ditemukan seperti skolithos.
Pada breaker zone endapan di endapkan pada energi pengendapan yang
tinggi hal ini terjadi karena adanya gelombang yang pecah menjadi ombak dan
karena adnya pengaruh dari rip current.
Sedimen yang ditemukan umumnya ditemukan berukuran pasir halus hingga sedang
dengan ditemukan dengan beberapa lensa lempung dan material kerang. Fosil yang
umum ditemukan Skolithos dan Ophiomorpha.
Pada daerah luar zona shoaling endapan terbentuk secara
relatif oleh energi pengendapan yang
lebih rendah dan keadaan yang mengarah pada endapan di open shelf. Komposisi sedimennya umumnya pasir halus yang sangat
tipis diantara lapisan lempung dan lanau. Struktur sedimen yang sering
ditemukan sebagian kecil cross-stratification;
planar hampir horizontal, laminasi dan perlapisan serta hummocky cross-stratification. Trace fosil
yang banyak ditemukan adalah Thalassinoides.
Karakteristik endapan pada ancient beach, garis pantai (shoreline) sering berpindah seiring
berjalannya waktu, hal itu sebagai respon dari perubahan sea level ataupun suplai sedimen. Perubahan garis pantai ke arah
darat dinamakan transgresi, dan perubahan air laut menuju ke arah laut di sebut
regresi. Transgresi dan regresi akan membentuk suatu suksesi vertikal dari fasies, sebagai representasi sedimen
yang terendapkan pada satu lingkungan yang saling susul-menyusul dan pada
sebuah lingkungan yang berdekatan. Suksesi vertikal yang berkembang pada daerah
regresi berbeda dengan yang berkembang pada daerah transgresi. Pada regresi
dari lingkungan daratan (progradasi garis pantai) disebabkan oleh tumpukan dari
sedimen yang terendapkan di pantai di bagian atas lebih banyak endapan offshore. Untuk transgresi produksi yang
utama pada profil vertikalnya yang banyak sedimen offshore yang berada diatas sedimen nearshore.
DAFTAR PUSTAKA
Sam
Boggs, Jr. 2006, Principles of
Sedimentology and Stratigraphy 4th edition : Pearson Education,
Inc,. New Jersey
Nichols,
G.2009. Sedimentology and Stratigraphy 2nd
edition : Wiley-Blackwell,. Oxford.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar