GEOLOGI
REGIONAL KULON PROGO
Daerah
pemetaan kami, yaitu daerah Wates-Pengasih, secara regional daerah kami masuk
kedalam wilayah kabupaten Kulon Progo , kecamatan pengasih dan kecamatan wates
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Secara geologi regional daerah kami termasuk kedalam Kulon Progo,
yang merupakan sebuah plato besar Jongglarangan. Kulon
Progo merupakan bagian dari zona Jawa Tengah bagian selatan, yaitu zona plato.
Bagian utara dan timur Kulon Progo ini dibatasi oleh dataran pantai Samudera
Indonesia dan bagian barat laut berhubungan dengan Pegunungan Serayu Selatan.
Kulon Progo berasal dari daerah up lafi yang luas dan kemudian membentuk Dome yang luas. Dome tersebut berbentuk relief persegi panjang
dengan diameter berarah utara-selatan mencapai 30km, sedangkan pada arah
barat-timur diperkirakan mencapai 15-20km. Puncak dari dome tersebut berupa
dataran yang sangat luas, disebut plato.
Berdasarkan relief dan genesanya, wilayah kabupaten Kulon
Progo dibagi menjadi beberapa satuan morfologi, yaitu :
- Satuan Pegunungan Kulon Progo
Satuan pegunungan ini
penyebarannya memanjang dari selatan ke utara dan menempati bagian Daerah
Istimewa Yogyakarta, yang meliputi kecamatan Kokap, Girimulyo dan Samigaluh.
Kelerengannya berkisar antara 15o-600
daerah yang ditempati pegunungan Kulon Progo ini sebagian besar digunakan
sebagai kebun, sawah dan pemukiman.
- Satuan Perbukitan Sentolo
Satuan Perbukitan ini
mempunyai penyebaran yang sempit, karena terpotong oleh Sungai Progo yang
memisahkan wilayah kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo. Di wilayah
Kabupaten Kulon Progo , satuan pegunungan Sentolo ini meliputi daerah kecamatan
Pengasih dan Sentolo. Ketinggiannya berkisar antara 50-150 m di atas permukaan
air laut, dengan kelerengan 150. Daereh inilah yang menjadi daerah
pemetaan kami.
- Satuan teras Progo
Satuan Teras Progo terletak
di sebelah utara satuan Perbukitan Sentolo dan di sebelah timur pegunungan
Kulon Progo yang meliputi kecamatan Nanggulan, Kalibawang, terutama di wilayah
tepi Kulon Progo.
- Satuan Dataran Aluvial
Penyebaran satuan dataran
aluvial ini memanjang dari barat-timur yang meliputi kecamatan Temon, Wates,
Panjatan, Glur, dan sebagian besar diperuntukan sebagai lahan persawahan dan
pemukiman.
- Satuan Dataran Pantai
a) Sub satuan Gumuk Pasir
Subsatuan Gumuk Pasir
mempunyai penyebaran di sepanjang pantai selatan Yogyakarta, yaitu pantai
Glagah dan Congot. Sungai yang bermuara di pantai selatan ini adalah kali
Serang dan kali Progo yang membawa material – material berukuran pasir dari
hulu ke muara. Oleh sebab itu aktivitas angin material tersebut terendapkan di
sepanjang pantai dan kemudian membentuk gumuk – gumuk pasir.
b) Subsatuan Dataran Aluvial Pantai
Subsatuan dataran aluvial
pantai terletak di sebelah utara subsatuan Gumuk Pasir yang tersusun oleh material
berukuran pasir yang berasal dari subsatuan Gumuk Pasir oleh kegiatan angin.
Pada satuan ini tidak dijumpai gumuk –gumuk pasir dan sebagian berupa
persawahan dan pemukiman.
Formasi ini merupakan
batuan tertua di pegunungan Kulon Progo dengan lingkungan pengendapanya adalah
litorial pada fase genang laut (van Bammelen). Litologi penyusunya terdiri dari
batu pasir dengan sisipan lignit, napal pasiran , batu lempung dengan konkresi
limonit, sisipan napal dan batu gamping, batu pasir dan tuff kaya akan foriminifera
dan moolusca, diperkirakan ketebalannya 350 m. Wilayah tipe formasi ini
tersusun oleh endapan laut dangkal, batu pasir, serpih dan perselingan napal
dan lignit. Berdasarkan atas studi Foraminifera plankton maka formasi Nanggulan
ini mempunyai kisaran umur antara Eosen Tengah hingga Oligosen. Formasi ini
tersingkap di bagian timur Kulon Progo, di daerah Sungai Progo dan Sungai Puru,
terbagi menjadi 3, yaitu :
a. Axinea Beds
yaitu formasi yang terletak paling bawah
dengan ketebalan 40 meter, merupakan tipe endapan laut dangkal yang
terdiri dari batupasir, batuserpih dengan perselingan napal dan lignit yang
semuanya berfasies litoral. Axinea Beds
ini banyak mengandung fosil Pelecypoda.
b. Yogyakarta Beds yaitu
formasi yang terendapkan secara selaras di atas Axinea Beds dengan ketebalan 60 meter. Terdiri dari napal pasiran
berselang – seling dengan batupasir dan batulempung yang mengandung Nummulities
Djogjakartae.
c. Discocyclina Beds yaitu
formasi yang diendapkan secara selaras di atas Yogyakarta Beds dengan ketebalan 200 meter. Terdiri dari napal dan
batugamping berselingan dengan batupasir dan serpih. Semakin ke atas bagian ini
berkembang, kandungan foraminifera planktonik yang melimpah.
2. Formasi Andesit Tua
Formasi Andesit Tua
mempunyai litologi berupa breksi andesit, tuff, aglomerat dan sisipan aliran
lava andesit. Kepingan tuff napalan yang merupakan hasil rombakan dari lapisan
yang lebih tua dijumpai di kaki gunung mudjil, di dekat bagian bawah formasi
ini. Ketebalan sekitar 660 m.
3. Formasi Jonggrangan
Litologinya bagian bawah terdiri dari konglomerat, napal
tufan, dan batupasir gampingan dengan kandungan Moluska serta batulempung dan
sisipan lignit. Di bagian atas komposisi Formasi ini berupa batu gamping
berlapis dan batugamping koral. Morfologi yang terbentuk dari batuan penyusun
formasi ini berupa pegunungan dan perbukitan kerucut dan tersebar di bagian
utara pegunungan Kulonprogo. tebal lapisan ini 250-400 meter, umurnya miosen
bawah- tengah.
4. Formasi Sentolo
Diendapkan secara
tidak selaras. Litologinya batugamping dan batupasir napalan. Bagian bawahnya
terdiri dari konglomerat yang ditumpangi oleh napal tufaan dengan sisipan tuff.
Bagian atas batugamping yang kaya foraminifera. ketebalannya 950 meter.
5. Endapan Aluvial dan Gugus Pasir
Endapan Aluvial
ini terdiri dari kerakal, pasir, lanau, dan lempung sepanjang sungai yang besar
dan dataran pantai. Aluvial sungai berdampingan Aluvial rombakan bahan
vulkanik. Gugus pasir sepanjang pantai telah dipelajari sebagai sumber besi.
6. Vulkanik Merapi Tua
Vulkanik Marapi
Tua berumur Pleistosen atas. Vulkanik Marapi Tua tersusun atas breksi
anglomerat dan lelehan lava, termasuk andesit dan basalt yang mengandung
olivin. Vulkanik Merapi Tua berdasarkan
metode C-14 berumur antara 43590 sampai 2870 sebelum tahun 1950.
7. Vulkanik Merapi
Muda
Vulkanik Merapi
Muda berumur Pleistoen Atas, vulkanik ini tersusun oleh material hasil
rombakan endapan merapi Tua berupa
endapan tufa, pasir dan breksi yang terkonsolidasi lemah. Berdasarkan metode
C-14 berumur sekitar 1700 sampai 340
sebelum tahun 1950
8.
Formasi Sleman
Merupakan
kenampakan bagian bawah dari unit vulkanik klastik hasil vulkanik merapi termuda (Mac Donald
& Partners, 1984). Batuan penyusun berupa pasir dan kerikil diselingi
bongkah-bongkah. Formasi ini dari utara
ke selatan semakin tebal. Formasi Sleman materialnya berasal dari rombakan
hasil erupsi Merapi.
9.
Formasi Yogyakarta-Wates
Formasi Yogyakarta mempunyai penyebaran di
bagian timur pegunungan Kulon Progo dengan kenampakan morfologi berupa daratan.
Komonen penyusun formasi ini berupa material lepas produk Gunung Merapi Tua dan
Merapi Muda
Secara struktur, Pegunungan
Kulon Progo merupakan dataran tinggi yang dicirikan oleh adanya kompleks gunung
api purba yang berada di atas batuan berumur Paleosen dan ditutup oleh batuan
karbonat yang berumur Neosen.
Secara garis besar struktur
geologi daerah Kabupaten Kulon Progo dapat dibagi menjadi dua yaitu Struktur Dome dan Struktur Unconfirmity.
1. Struktur Dome
Kabupaten Kulon Progo termasuk ke dalam daerah dome yang puncaknya berupa daratan yang
luas, biasa disebut Plato Jonggrangan. Proses geologi yang banyak terjadi yakni
orogenesis.
2. Struktur Unconfirmity
Pada
perbatasan antara Eosen atas dari Formasi Nanggulan dengan Formasi Andesit Tua
yang berumur Oligosen terdapat ketidakselarasan berupa disconfirmity, karena lapisan lebih muda dengan lapisan lebih tua
terpaut umur yang sangat jauh walaupun lapisannya sejajar. Kenampakan telah
dijelaskan dalam stratigrafi regional berupa formasi andesit tua yang
diendapkan tidak selaras di atas formasi Nanggulan, formasi Jonggrangan
diendapkan secara tidak selaras diatas formasi Andesit Tua, dan formasi Sentolo
yang diendapkan secara tidak selaras diatas formasi Jonggrangan.
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen, Van., 1948, The Geologi of Indonesia, Batavia.
Terimakasih untuk ilmunya :)
BalasHapus