For The Best Future

Kamis, 24 Januari 2013

Geologi Regional Kulon Progo


GEOLOGI REGIONAL KULON PROGO
Daerah pemetaan kami, yaitu daerah Wates-Pengasih, secara regional daerah kami masuk kedalam wilayah kabupaten Kulon Progo , kecamatan pengasih dan kecamatan wates Daerah Istimewa Yogyakarta.
Secara geologi regional daerah kami termasuk kedalam Kulon Progo, yang merupakan sebuah plato besar Jongglarangan. Kulon Progo merupakan bagian dari zona Jawa Tengah bagian selatan, yaitu zona plato. Bagian utara dan timur Kulon Progo ini dibatasi oleh dataran pantai Samudera Indonesia dan bagian barat laut berhubungan dengan Pegunungan Serayu Selatan.
Kulon Progo berasal dari daerah up lafi yang luas dan kemudian membentuk Dome yang luas. Dome tersebut berbentuk relief persegi panjang dengan diameter berarah utara-selatan mencapai 30km, sedangkan pada arah barat-timur diperkirakan mencapai 15-20km. Puncak dari dome tersebut berupa dataran yang sangat luas, disebut plato.
Berdasarkan relief dan genesanya, wilayah kabupaten Kulon Progo dibagi menjadi beberapa satuan morfologi, yaitu :
  1. Satuan Pegunungan Kulon Progo
Satuan pegunungan ini penyebarannya memanjang dari selatan ke utara dan menempati bagian Daerah Istimewa Yogyakarta, yang meliputi kecamatan Kokap, Girimulyo dan Samigaluh. Kelerengannya  berkisar antara 15o-600 daerah yang ditempati pegunungan Kulon Progo ini sebagian besar digunakan sebagai kebun, sawah dan pemukiman.
  1. Satuan Perbukitan Sentolo
Satuan Perbukitan ini mempunyai penyebaran yang sempit, karena terpotong oleh Sungai Progo yang memisahkan wilayah kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo. Di wilayah Kabupaten Kulon Progo , satuan pegunungan Sentolo ini meliputi daerah kecamatan Pengasih dan Sentolo. Ketinggiannya berkisar antara 50-150 m di atas permukaan air laut, dengan kelerengan 150. Daereh inilah yang menjadi daerah pemetaan kami.
  1. Satuan teras Progo
Satuan Teras Progo terletak di sebelah utara satuan Perbukitan Sentolo dan di sebelah timur pegunungan Kulon Progo yang meliputi kecamatan Nanggulan, Kalibawang, terutama di wilayah tepi Kulon Progo.
  1. Satuan Dataran Aluvial
Penyebaran satuan dataran aluvial ini memanjang dari barat-timur yang meliputi kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Glur, dan sebagian besar diperuntukan sebagai lahan persawahan dan pemukiman.
                                              
  1. Satuan Dataran Pantai
a)     Sub satuan Gumuk Pasir
Subsatuan Gumuk Pasir mempunyai penyebaran di sepanjang pantai selatan Yogyakarta, yaitu pantai Glagah dan Congot. Sungai yang bermuara di pantai selatan ini adalah kali Serang dan kali Progo yang membawa material – material berukuran pasir dari hulu ke muara. Oleh sebab itu aktivitas angin material tersebut terendapkan di sepanjang pantai dan kemudian membentuk gumuk – gumuk pasir.
b)     Subsatuan Dataran Aluvial Pantai
Subsatuan dataran aluvial pantai terletak di sebelah utara subsatuan Gumuk Pasir yang tersusun oleh material berukuran pasir yang berasal dari subsatuan Gumuk Pasir oleh kegiatan angin. Pada satuan ini tidak dijumpai gumuk –gumuk pasir dan sebagian berupa persawahan dan pemukiman.
Formasi ini merupakan batuan tertua di pegunungan Kulon Progo dengan lingkungan pengendapanya adalah litorial pada fase genang laut (van Bammelen). Litologi penyusunya terdiri dari batu pasir dengan sisipan lignit, napal pasiran , batu lempung dengan konkresi limonit, sisipan napal dan batu gamping, batu pasir dan tuff kaya akan foriminifera dan moolusca, diperkirakan ketebalannya 350 m. Wilayah tipe formasi ini tersusun oleh endapan laut dangkal, batu pasir, serpih dan perselingan napal dan lignit. Berdasarkan atas studi Foraminifera plankton maka formasi Nanggulan ini mempunyai kisaran umur antara Eosen Tengah hingga Oligosen. Formasi ini tersingkap di bagian timur Kulon Progo, di daerah Sungai Progo dan Sungai Puru, terbagi menjadi 3, yaitu :
a. Axinea Beds yaitu formasi yang terletak paling bawah  dengan ketebalan 40 meter, merupakan tipe endapan laut dangkal yang terdiri dari batupasir, batuserpih dengan perselingan napal dan lignit yang semuanya berfasies litoral. Axinea Beds ini banyak mengandung fosil Pelecypoda.
b. Yogyakarta Beds yaitu formasi yang terendapkan secara selaras di atas Axinea Beds dengan ketebalan 60 meter. Terdiri dari napal pasiran berselang – seling dengan batupasir dan batulempung yang mengandung Nummulities Djogjakartae.
c. Discocyclina Beds yaitu formasi yang diendapkan secara selaras di atas Yogyakarta Beds dengan ketebalan 200 meter. Terdiri dari napal dan batugamping berselingan dengan batupasir dan serpih. Semakin ke atas bagian ini berkembang, kandungan foraminifera planktonik yang melimpah.
2. Formasi Andesit Tua
 Formasi Andesit Tua mempunyai litologi berupa breksi andesit, tuff, aglomerat dan sisipan aliran lava andesit. Kepingan tuff napalan yang merupakan hasil rombakan dari lapisan yang lebih tua dijumpai di kaki gunung mudjil, di dekat bagian bawah formasi ini. Ketebalan sekitar 660 m.
3. Formasi Jonggrangan
Litologinya bagian bawah terdiri dari konglomerat, napal tufan, dan batupasir gampingan dengan kandungan Moluska serta batulempung dan sisipan lignit. Di bagian atas komposisi Formasi ini berupa batu gamping berlapis dan batugamping koral. Morfologi yang terbentuk dari batuan penyusun formasi ini berupa pegunungan dan perbukitan kerucut dan tersebar di bagian utara pegunungan Kulonprogo. tebal lapisan ini 250-400 meter, umurnya miosen bawah- tengah.
4. Formasi Sentolo
    Diendapkan secara tidak selaras. Litologinya batugamping dan batupasir napalan. Bagian bawahnya terdiri dari konglomerat yang ditumpangi oleh napal tufaan dengan sisipan tuff. Bagian atas batugamping yang kaya foraminifera. ketebalannya 950 meter.
5. Endapan Aluvial dan Gugus Pasir
    Endapan Aluvial ini terdiri dari kerakal, pasir, lanau, dan lempung sepanjang sungai yang besar dan dataran pantai. Aluvial sungai berdampingan Aluvial rombakan bahan vulkanik. Gugus pasir sepanjang pantai telah dipelajari  sebagai sumber besi.
 6.    Vulkanik Merapi Tua
        Vulkanik Marapi Tua berumur Pleistosen atas. Vulkanik Marapi Tua tersusun atas breksi anglomerat dan lelehan lava, termasuk andesit dan basalt yang mengandung olivin. Vulkanik Merapi Tua  berdasarkan metode C-14 berumur antara 43590 sampai 2870 sebelum tahun 1950.
7.   Vulkanik Merapi Muda
      Vulkanik Merapi Muda berumur Pleistoen Atas, vulkanik ini tersusun oleh material hasil rombakan  endapan merapi Tua berupa endapan tufa, pasir dan breksi yang terkonsolidasi lemah. Berdasarkan metode C-14 berumur sekitar 1700 sampai 340  sebelum tahun 1950
8.      Formasi Sleman
Merupakan kenampakan bagian bawah dari unit vulkanik klastik  hasil vulkanik merapi termuda (Mac Donald & Partners, 1984). Batuan penyusun berupa pasir dan kerikil diselingi bongkah-bongkah.  Formasi ini dari utara ke selatan semakin tebal. Formasi Sleman materialnya berasal dari rombakan hasil erupsi Merapi.
9.      Formasi Yogyakarta-Wates
Formasi Yogyakarta mempunyai penyebaran di bagian timur pegunungan Kulon Progo dengan kenampakan morfologi berupa daratan. Komonen penyusun formasi ini berupa material lepas produk Gunung Merapi Tua dan Merapi Muda
Secara struktur, Pegunungan Kulon Progo merupakan dataran tinggi yang dicirikan oleh adanya kompleks gunung api purba yang berada di atas batuan berumur Paleosen dan ditutup oleh batuan karbonat yang berumur Neosen.
Secara garis besar struktur geologi daerah Kabupaten Kulon Progo dapat dibagi menjadi dua yaitu Struktur Dome dan Struktur Unconfirmity.
1.      Struktur Dome
                  Kabupaten Kulon Progo termasuk ke dalam daerah dome yang puncaknya berupa daratan yang luas, biasa disebut Plato Jonggrangan. Proses geologi yang banyak terjadi yakni orogenesis.
2.      Struktur Unconfirmity
                  Pada perbatasan antara Eosen atas dari Formasi Nanggulan dengan Formasi Andesit Tua yang berumur Oligosen terdapat ketidakselarasan berupa disconfirmity, karena lapisan lebih muda dengan lapisan lebih tua terpaut umur yang sangat jauh walaupun lapisannya sejajar. Kenampakan telah dijelaskan dalam stratigrafi regional berupa formasi andesit tua yang diendapkan tidak selaras di atas formasi Nanggulan, formasi Jonggrangan diendapkan secara tidak selaras diatas formasi Andesit Tua, dan formasi Sentolo yang diendapkan secara tidak selaras diatas formasi Jonggrangan.
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen, Van., 1948, The Geologi of Indonesia, Batavia.

1 komentar: